Kamis, 28 November 2019

Cerita Warung Pinggir Jalan


Pagi hari, udara begitu segar terasa menyejukan hati dan pikiran, burung-burung kecil bersahutan disana-sini, mengepak-ngepakan sayapnya yang kuat diterpa hempasan angin. Hamparan atap rumah warga terbentang, menjadi sebuah pemandangan setiap hari. Setiap pagi setelah aku menyelesaikan shalat subuh, aku selalu duduk di tepi jendela kamar yang berada di lantai dua.
Namaku Kheyla, seoarang gadis belia yang penuh semangat dan cantik. Sekarang aku tengah meneruskan pendidikanku yang telah menginjak semester lima di salah satu universitas di yogyakarta, tetapi setelah kecelakaan yang kualami dua minggu lalu, menyebabkan cidera di kedua kakiku. Walaupun dokter telah bilang bahwa cideraku itu hanya sementara dan tidak terlalu parah tapi tetap saja aku harus melakukan kemoterapi yang intens, dan dianjurkan untuk istirahat dirumah sampai waktu yang belum bisa ditentukan. Aku terpaksa cuti kuliah karena kondisi badanku yang tidak memungkinkan untuk beraktivitas di kampus.
***
Selalu ada yang dinantikanku saat pagi menjelang, seseorang yang selalu berhenti di sebuah warung kelontongan tidak jauh dari rumahku. Posisi warung itu memang berada dipinggir jalan besar  tanpa ada bangunan yang menghalangi,  jadi bisa terlihat jelas jika dilihat dari kamarku. Pria itu selalu membeli rokok dan segelas kopi, entah apa yang pria itu lakukan tiap pagi atau akan kemana pria itu, aku pun tidak tahu soal itu. Pria itu selalu duduk di sebuah kursi yang ada di samping warung itu dan menghabiskan beberapa batang rokok dan kopinya sebelum ia lanjutkan perjalanan, selalu begitu setiap harinya kecuali hari sabtu dan hari minggu.
Kaos hitam lengan pendek yang dibalut dengan kemeja agak lusuh lengan panjang yang kancingnya selalu dibuka, dan celana jeans ketat yang telah sobek di bagian lututnya, sepatunya yang terlihat kotor seperti tidak pernah dicuci, dan rambutnya yang acak-acakan tidak pernah disisir, mobilnya yang sudah full modifikasi terlihat seperti mobil balap berwarna hitam dengan banyak gambar di sana-sininya, itu lah ciri-ciri pria yang selalu ia lihat itu.
Tiba-tiba teman pria itu datang, ada tiga orang yang menghampiri pria itu, dua orang memakai motor dan satu orang lagi memakai mobil. Mereka bercanda sambil minum kopi bersama. Aku hanya bisa melihat keceriaan mereka, entah apa yang sedang mereka bicarakan atau mereka tertawakan. Aku hanya bisa ikut tersenyum melihat tingkah mereka sebelum berlalu entah keamana.

Matahari pagi mulai terasa panas, saatnya untuk menutup jendela. Aku pun pergi ketempat tidur untuk meneruskan tidur, setelah sekian lama aku memperhatikan pria misterius yang selalu ada di warung itu.

bersambung......