Minggu, 05 Juni 2016

marhaban ya ramadhan

Dentuman suara bedug saling bersahutan, orang-orang berbondong-bondong mendatangi masjid. Tidak ada perbedaan antara si kaya dan si miskin, semua bersujud kepada sang pencipta. Mensyukuri akan semua nikmat yang telah di berikan, dan yang telah memberikan kesehatan sehingga masih di pertemukan kembali dengan bulan yang penuh berkah, penuh rahmat dan penuh ampunan. 

cerpen : murid dan guru

TERJEBAK DENGAN 3 MURID

Berjalan menembus malam yang dingin dan lembab, dengan murung disinari lampu jalan rusak yang berkedip-kedip seperti lampu disko, tiga orang wanita yang sedang berjalan menarik perhatianku, karena mereka tiba-tiba berhenti dan berdiri kaku tidak jauh dari tempatku duduk. Satu diantara mereka berbisik kepada yang lain saat mereka melihatku. Butuh beberapa detik untuk menyadari bahwa sudah barang tentu mereka terkejut saat melihatku, mereka buka wanita tapi anak perempuan alias murid sekolahku.
“Linda, Tria, dan Silvi: ke sini sekarang!” perintahku.
Berkebalikan dengan segala yang diperintahkan tubuh mereka, yang mungkin berpikiran untuk lari dan selamatkan diri atau cuekin saja gurumu itu dan pergi menjauh darinya atau yang lainnya, tetapi walau begitu mereka tetap menuruti peritahku dan bergerak melangkah mendekat menuju tempatku duduk.Seraya beringsut murung mereka mempersiapkan wajah polos mereka yang paling memelas sebagai protes visual atas omelanku.

cerpen : masa lalu

BAYANGAN DALAM ROTI PANGGANG

Nisa sungguh membuatku tertekan.
Aku ingin melihat dia bahagia.Tapi kalau kebahagiaannya itu tidak denganku, maka tidak ada yang bisa kulakukan untuk itu.Walau aku berharap itu tidak terjadi.Setidaknya kalau begitu mungkin aku bisa menjadi temannya dan membantunya. Tapi sekarang tidak satupun hal tersebut yang akan pernah terjadi. “ohhh! Sungguh tak bisa.”Teriaku.
Rasa lapar menarikku ke dapur untuk mencari makanan. Setiap tempat penyimpanan sudah ku geledah, tapi yang bisa ku temukan hanya sekantong otak-otak mentah yang telah beku tersimpat di freezer dan sekantong roti tawar bersama susu coklat. Akhirnya aku memilih sebatang rokok dan dua potong roti tawar yang kusisipkan ke pemanggang roti sementara aku menunggu sambil membuka laptop.

cerpen : Tersenyum dalam Luka

Tersenyum Dalam Luka

Rasa lelah begitu mendera, derai keringat becucuran dari sekujur tubuhku. Telapak kaki rasanya sudah kaku bagai seonggok batang kayu keras, sungguh pegal sekali. Setapak demi setapak jalan yang panas ku lalui dengan perasaan yang sungguh tak menentu. Sering benaku bertarung mempertanyakan arah dan tujuan yang harus aku tuju. Jujur sampai sekarang ini tidak satupun jawaban yang aku dapat.
Setelah pertengkaran dengan ayah dan ibu, aku tidak tahu lagi harus kemana. Keinginan mereka sungguh tidak dapat aku wujudkan. Hanya kali ini aku berani untuk menolak dan berontak dengan keinginan mereka yang akan menjodohkanku dengan seorang lelaki pilihan mereka. Namanya adalah Doni, seorang laki-laki muda dan kaya, doni adalah anak dari sahabat ayahku. Melihat usia aku dan doni yang sudah cukup umur untuk berkeluarga, menjadikan mereka ingin menjodohkan kami berdua.