Pagi hari, udara begitu segar terasa menyejukan hati dan pikiran, burung-burung kecil bersahutan disana-sini, mengepak-ngepakan sayapnya yang kuat diterpa hempasan angin. Hamparan atap rumah warga terbentang, menjadi sebuah pemandangan setiap hari. Setiap pagi setelah aku menyelesaikan shalat subuh, aku selalu duduk di tepi jendela kamar yang berada di lantai dua.
Namaku Kheyla, seoarang
gadis belia yang penuh semangat dan cantik. Sekarang aku tengah meneruskan
pendidikanku yang telah menginjak semester lima di salah satu universitas di
yogyakarta, tetapi setelah kecelakaan yang kualami dua minggu lalu, menyebabkan
cidera di kedua kakiku. Walaupun dokter telah bilang bahwa cideraku itu hanya sementara
dan tidak terlalu parah tapi tetap saja aku harus melakukan kemoterapi yang
intens, dan dianjurkan untuk istirahat dirumah sampai waktu yang belum bisa
ditentukan. Aku terpaksa cuti kuliah karena kondisi badanku yang tidak
memungkinkan untuk beraktivitas di kampus.
***
Selalu ada yang
dinantikanku saat pagi menjelang, seseorang yang selalu berhenti di sebuah
warung kelontongan tidak jauh dari rumahku. Posisi warung itu memang berada
dipinggir jalan besar tanpa ada bangunan
yang menghalangi, jadi bisa terlihat
jelas jika dilihat dari kamarku. Pria itu selalu membeli rokok dan segelas kopi,
entah apa yang pria itu lakukan tiap pagi atau akan kemana pria itu, aku pun
tidak tahu soal itu. Pria itu selalu duduk di sebuah kursi yang ada di samping
warung itu dan menghabiskan beberapa batang rokok dan kopinya sebelum ia
lanjutkan perjalanan, selalu begitu setiap harinya kecuali hari sabtu dan hari
minggu.
Kaos hitam lengan
pendek yang dibalut dengan kemeja agak lusuh lengan panjang yang kancingnya
selalu dibuka, dan celana jeans ketat yang telah sobek di bagian lututnya,
sepatunya yang terlihat kotor seperti tidak pernah dicuci, dan rambutnya yang acak-acakan
tidak pernah disisir, mobilnya yang sudah full modifikasi terlihat seperti
mobil balap berwarna hitam dengan banyak gambar di sana-sininya, itu lah
ciri-ciri pria yang selalu ia lihat itu.
Tiba-tiba teman pria
itu datang, ada tiga orang yang menghampiri pria itu, dua orang memakai motor
dan satu orang lagi memakai mobil. Mereka bercanda sambil minum kopi bersama. Aku
hanya bisa melihat keceriaan mereka, entah apa yang sedang mereka bicarakan
atau mereka tertawakan. Aku hanya bisa ikut tersenyum melihat tingkah mereka
sebelum berlalu entah keamana.
Matahari pagi mulai terasa
panas, saatnya untuk menutup jendela. Aku pun pergi ketempat tidur untuk
meneruskan tidur, setelah sekian lama aku memperhatikan pria misterius yang
selalu ada di warung itu.
bersambung......