Minggu, 12 Juni 2016

Cerpen : Mengejar hidayah part 3

MENGEJAR HIDAYAH

CERITA DUNIA PENDIDIKAN


Rumah sakit sudah tidak asing lagi bagi bu Lia, ruangan 4 x 4 meter dengan cat serba putih dan peralatan-peralatan rumah sakit yang sangat menakutkan baginya telah menjadi pandangan biasa baginya. Selama Ibunya dirawat, bu Lia jarang pulang kerumah. Sepulang sekolah bu Lia langsung berangkat ke rumah sakit. 

Bukan karna bu Lia tidak punya siapa-siapa, adiknya Dian yang sekarang masih duduk di bangku SMA memang suka membantu. "Dek, hari ini teteh ada urusan, mungkin telat, ade jagain ibu dulu ya," cakap bu Lia kepada adiknya. Rapat kali ini akan membahas tentang evaluasi kinerja guru. "Baiklah, rapat kali ini kita akan membahas kinerja kalian selama semester ini," perkataan kepala sekolah membuka acara rapat sore ini. Bu Lia sudah merasa tidak tenang jauh sebelum rapat dimulai. Dia merasa bahwa masalahnya tempo hari dengan muridnya akan menjadi pembahasan utama dalam rapat kali ini.
Keresahan yang mendalam pun semakin mejadi ketika kepala sekolah membuka surat yang ada ditangannya. "Apakah itu surat peringatan untuku?" batin bu Lia dipenuhi kecemasan. Tetapi setelah membacanya, entah kenapa kepala sekolah tidak jadi membacakannya. "Baiklah, seperti yang kita tahu, beberapa hari lalu telah terjadi kesalah pahaman antara salah seorang guru dengan orang tua murid," perkataan kepala sekolah seakan menyambar langsung ke bu Lia. Sontak pandangan para guru yang mengetahui kejadian itu memalingkan pandangannya ke bu Lia.
Ketika bu Lia sedang berada dalam kecemasan, akan mendapatkan surat peringatan. Dering suara pesan diterima bu Lia, dari adiknya Dian. "Teh cepetan pulang, ibu dibawa keruangan lain sama dokter, ade ga tahu kenapa, dokter ga bilang sama ade, sekarang ade sisuruh nunggu depan ruangan sama dokter, ade takut teh," begitulah pesan yang dikirim oleh Dian. Hal itu semakin membuat batin bu Lia resah dan tidak karuan. 
Wajah putih bu Lia sekejap menjadi pucat dengan gelagat yang tidak karuan. "Jika aku ijin pulang sekarang bagaimana, apa tidak apa-apa, soal laporan orang tua murid bagaimana," batin bu Lia seakan tidak bisa membendung semua pertanyaan itu. 
"Bu Lia, dengan sangat menyesal saya berikan surat peringatan dari yayasan soal kejadian lalu, harap jangan diulangi lagi dan jadi perhatian semua guru," ujar kepala sekolah seraya memberikan amplop putih itu. Komentar dan interupsi silih berganti selama rapat. Pembahasannya sekarang telah berganti, membahas kasus bu Lia. Perdebatan saling beradu dengan semua argumen dan pendapat, riuh suara yang pro dengan bu Lia yang menyerbu kepala sekolah dengan berbagai interupsi. 
Sedangkan disudut meja sebelah kiri, bu Lia duduk termenung dan menangis. "Sudah-sudah, tidak apa-apa pa-bu, saya juga yang salah, saya menyesal melakukan itu, sudah jangan diperdebatkan lagi," bu Lia berbicara untuk menghentikan keriuhan itu. Sambil menangis, bu Lia berdiri dan menghampiri kepala sekolah. 
"Pa, saya ijin pulang meninggalkan rapat, bapak tidak usah merasa bersalah, saya sudah siap dengan resikonya," 
"Iya bu, saya mengerti, sebenarnya saya juga berat, tapi yayasan tetap punya perintah tertinggi di sekolah," jawab kepala sekolah, "lalu sekarang ijin kenapa bu, kinerja belum selesai di evaluasi loh bu," lanjut kepala sekolah. 
"Ibu saya, seminggu ini dirawat dirumah sakit, dan sekarang kondisinya kritis, saya harus ke rumah sakit, saya akan tetap pergi meski tidak dapat ijin dari bapak sekalipun," pinta bu Lia seraya pergi meninggalkan ruangan yang sebelumnya telah berpamitan dengan semua guru, kemudian melangkah perrgi tanpa sepatah katapun. 
Semua guru yang melihat, tidak bisa berkata-kata, termasuk kepala sekolah yang langsung kaku tak bergerak. 
Sambil menangis, bu Lia berlari ke parkiran. Ditengah jalan, dia bertemu dengan Rian yang sedang bercanda dengan teman-temannya. Sontak saja saat melihat bu Lia, Rian langsung diam membatu. Bu Lia sebenarnya tidak ada urusan dengan anak itu, dia terus berlari melewati anak-anak itu sambil terus menangis. Dengan terheran-heran, Rian melihat bu Lia sampai menghilang dari pandangannya.


# bersambung ke mengejar hidayah part 4...


Tidak ada komentar: