Emosi berperan dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses pembelajaran. Emosi juga memabantu proses pembelajaran lebih bermakna dan menyenangkan. Berbagai penelitian menunjukan adaya keterkaitan anatara emosi dan struktur otak manusia.
Goleman dkk (dalam DePorter, 2000) menyatakan bahwa tanpa keterlibatan emosi, kegiatan saraf otak kurang mampu “merekatkan” pelajaran dalam ingatan. Suasana emosi yang positif atau menyenangkan dan negative atau tidak menyenangkan membawa pengaruh dalam cara kerja struktur otak manusia dan akan berpengarug pula dalam pproses dan hasil belajar.
Emosi dan Motivasi
Seperti yang dikatakan Goleman, ketika otak menerima ancaman dan tekanan, kapasitas saraf untuk berfikir rasional mengecil, otak “dibajak secara emosional” dan dituntut untuk bertempur atau kabur menghadapi ancaman dan tekanan. Dalam hal ini kapasitas otak beroperasi hanya pada tingkat bertahan hidup.
Otak tidak dapat mengakses secara maksimal. Fenomena tersebut dikenal dengan sebutan downshifting. Fenimena seperti itu muncul pada saat kondisi emosi marah, sedih, ketakutan, dan suasana emosi lain yang membuat kita tertekan dan terancam. Ketika kita belajar dalam kondisi demikian, maka kemampuan belajar menjadi kurang maksimal karena adanya hambatan emosi. Hal ini dirasakan pada saat seorang anak dipaksa belajar oleh guru atau orang tuanya, padahal anak tersebt tidak menyukai pelajaran tersebut. Maka yang terjadi adalah kerja otak anak tersebut hanyalah untuk bertahan agar tidak mendapat amarah atau hukuman dari guru atau orang tuanya, namun bukan untuk mempelajari materi secara maksimal. Meskipun saat itu anak tersebut sudah berusaha belajar, akan tetapi pelajaran yang dipelajari menajdi sulit, baik untuk menambah ilmu pengetahuan diri maupun untuk mengubah sikap atau perilakunya.
Sebaliknya dengan tekanan positif atau suportif, otak akan terlibat secara emosional dan memungkinkan sel-sel saraf bekerja maksimal. Fenomena ini dikenal dengan sebutan eustress. Fenomena ini muncul pada kondisi senang dan semangat dalam belajar, dan kondisi demikian akan membuat seseorang maksimal dalam belajar. Dalam kondisi senang, seseorang akan belajar lebih lama dan lebih giat. Hasil belajar pun akan semakin maksimal. Dengan demikian suasana emosional positif perlu dibangun dalam proses pembelajaran. Suasana emosional juga mempengaruhi memori atau ikatan dalam menerima dan memunculkan kembali informasi yang sudah dipelajari.
From : Sugiihartono, dkk…, Psikologi Pendidikan, 2007, Yogyakarta : UNY Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar