Senin, 13 Maret 2017

Cerita Seorang Ayah

“Ayah,ayah” kata sang anak, “ada apa?” Tanya sang ayah. “aku lelah, sangat lelah. Aku lelah karena aku belajar mati-matian untuk mendapatkan nilai bagus, sedangkan temanku bias dapat nilai bagus dengan menyontek, aku mau menyontek saja. Aku lelah, sangat lelah.
Aku lelah karena harus terus membantu ibu, membersihkan rumah, sedangkan temanku punya pembantu, aku ingin kita punya pembantu saja, aku lelah, sangat lelah. Anak it uterus mengeluh karena dia sudah lelah, sedangkan teman-temannya seakan tidak pernah  lelah dan mereka terlihat senang, anak itupun ingin seperti mereka. Sang anak mulai menangis sambil menatap ayahnya yang berdiri disampingnya.

Ayah...Aku Lelah


Sang ayah tersenyum dan mengelus kepala si anak dan berkata, “anakku, ayo ikut dengan ayah, ayah akan menunjukan sesuatu kepadamu.”, mereka menyusuri sebuah jalan yang sangat jelek, banyak duri, seranggga, lumpur dan ilalang.

Sang anakpun mengeluh kembali, “ayah, kita mau kemana, kakiku sudah letih, jalannya juga rusak, tuh lihat sepatuku juga kotor, kaki ku juga luka kena duri, badanku dikelilingi serangga, jalanpun susah banyak ilalang, aku benci jalan ini,” sang ayah hanya tersenyum.
Lama sekali mereka berjalan, akhirnya sampai juga ditempat yang sang ayah maksud. Sebuah telaga yang sangat indah, airnya sangat segar, banyak kupu-kupu yang berterbangan, bunga-bunga yang sangat cantik dan pohoon-pohon yang rindang.
Sang anak teriak karena takjub, “waooowww…indah sekali, yah, aku suka tempat ini,” sang ayah hanya tersenyum seraya berjalan ke sebuah pohon dan duduk dibawahnya yang beralaskan rerumputan hijau.
“kemarilah anakku, duduk dengan ayah,” sang ayah memanggilnya. “anakku, kamu tahu kenapa disini begiitu sepi?, padahal tempat ini sangatlah indah,” sang ayah bertanya. “tidak tahu, yah, memang kenapa?,” Tanya si anak.
“itu karena orang-orang tidak mau menyusuri jalan yang jelek tadi, padahal mereka tahu ada telaga disini, tapi mereka tidak bias bersabar dalam menyusuri jalan itu,” jelas sang ayah. “berarti kita orang yang sabar, ya ayah?” sang anak menambahkan.
“anakku, butuh kesabaran dalam belajar, butuh kesabaran dalam bersikap baik, butuh kesabaran dalam kejujuran, butuh kesabaran dalam setiap kebaikan agar kita mendapatkan kemenangan, seperti jalan yang tadi, bukankah kau harus bersabar saat kakimu terkena duri, sepatumu kotor karena lumpur, kau harus bersabar melewati ilalang dan kau pun harus bersabar saat dikelilingi serangga, dan akhirnya semuanya terbayar kan? Ada telaga yang sangat indah, seandainya kau tidak sabar, apa yang kau dapat? Kau tidak akan mendapatkan apa-apa anakku, oleh karena itu bersabarlah anakku,”
“tapi ayah, tidak mudah untuk bersabar,” si anak menimpal penjelasan sang ayah.
“ayah tahu, oleh karena itu ada ayah yang selalu menggenggam tanganmu agar kau tetap kuat, begitu pula dalam kehidupanmu, ada ayah dan ibu yang akan terus berada disampingmu agar disaat kau jatuh, kami bias mengangkatmu. Tapi, ingatlah anakku, ayah dan ibu tidak selamanya bias mengangkatmu saat kau jatuh, suatu saat nanti kau harus bias berdiri sendiri. Maka jangan pernah kau gantungan hidupmu pada orang lain, jadilah dirimu sendiri, jadilah seorang muslim yang kuat, yang tetap tabah dan istiqomah, karena Alloh selalu disamping orang-orang yang tabah dan istiqomah. Maka kau akan dapati dirimu tetap berjalan menyusuri kehidupan saat yang lain memutuskan untuk berhenti dan pulang. Kau tahu akhirnya kan?” jelas sang ayah.
“ya, ayah, aku tahu, aku akan dapat syurga yang indah, yang lebih indah dari telaga ini. Sekarang aku mengerti, terima kasih ayah, aku akan tegar saat yang lain terlempar,” timpal sang anak.
Sang ayah tersenyum sambil menatap wajah anak kesayangannya.

Tidak ada komentar: